Paksa Ngentot Adiku Yang Nakal -
Nama saya adalah Joni sungaceng, seorang anak smu yang doyan banget
nge-seks dan jilatin memek seorang cewek. Aq punya adik cewek yang
namanya Fina angelina. Aku dan adikku adalah anak orang kaya. Jika aku
kelas 3 Smu, fina adikku saat ini duduk di kelas 3 smp mau lulus. Fina
di sekolahny termasuk gadis, cewek yang sangat populer karena kecantikan
dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang kakaknya selalu
membayangkan jika adikku yang manis dan cantik itu aku setubuhi
sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan.
Singkat kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan
merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai
membawa diri di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya.
Namun di balik semua itu, sang “putri” ini sebetulnya tidaklah perfect.
Kepribadiannya yang manis ternyata hanya topeng belaka. Di dunia ini,
hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu akan kepribadiannya yang
sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang sering keluar kota untuk berbisnis
selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi mereka tidak tahu
kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan
main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan seenaknya. Bila
aku berkata A, maka dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Pokoknya aku
sungguh kewalahan untuk menanganinya.
Suatu hari, semuanya berubah drastic. Hari itu adalah hari Sabtu yang
tak akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti
biasanya kedua orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan
bisnis. Mereka akan kembali minggu depannya. Kebetulan, aku dan adikku
juga sedang liburan panjang. Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua
kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan alasan tak
ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka. Biarpun adikku kelihatan
menurut, tapi aku tahu kalau dia sangat kesal di hatinya. Setelah mereka
pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD
baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi
kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia tidak menerima
kebaikanku, bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan hidungku.
Inilah penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Akupun menonton DVD
sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film,
melainkan bagaimana caranya membalas perbuatan adikku. Di rumah memang
cuma ada kami berdua. Orang tua kami berpendapat bahwa kami tidak
memerlukan pembantu dengan alasan untuk melatih tanggung jawab di
keluarga kami. Selintas pikiran ngawur pun melintas di benakku. Aku
bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku nanti malam dan memfoto tubuh
telanjangnya waktu tidur dan menggunakannya untuk memaksa adikku agar
menjadi adik yang penurut.
Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan
pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan
apa adikku sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di
kamarnya. Memang biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan
segera pergi tidur lebih awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai
mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku.
Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu yang kubeli waktu sedang
tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah kamera digital.
Di kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur
dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya.
Ternyata malam itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster
putih. Tanganku bergerak perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke
atas. Dia diam saja tidak bergerak dan napasnya masih halus dan teratur.
Ternyata dia memakai celana dalam warna putih dan bergambar bunga
mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat ada bulu-bulu halus
menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup celana
dalamnya.
Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting dasternya sehingga
akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar dugaanku, ternyata dia
tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar, mungkin ukuran
A, tapi lekukannya sungguh indah dan menantang. Jakunku bergerak naik
turun dan akupun menelan ludah melihat pemandangan paling indah dalam
hidupku. Kemudian dengan gemetar dan hati-hati, aku pun membuka celana
dalamnya. Adikku masih tertidur pulas.
Pemandangan indah segera terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil
yang tidak begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking
terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian lamanya memandang
dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari.
Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan
memotret tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu
kali ini dalam hidupku? Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi
kesadaran lain juga muncul di benakku, dia adalah adik kandungku., For
God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan kejahatan berkecamuk di
pikiranku.
Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan
“adik laki-lakiku” di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah
tegang siap perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang
menentukan. Kemudian aku meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan
kain daster yang sudah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat
tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya bebas agar tidak menghalangi
permainan setan yang akan segera kulakukan. Adikku masih juga tidak
sadar kalau bahaya besar sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka
bajuku dan celanaku hingga telanjang bulat.
Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Ternyata
daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga
kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan dan
klitoris adikku. Adikku masih tertidur pulas, tapi setelah beberapa
lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin lama, vagina adikku semakin
basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi dan mengarahkan moncong
meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu. Kedua tanganku memegang
pergelangan kaki adikku dan membukanya lebar-lebar.
Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku
ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku
dan membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah sentakan aku mendorong
pantatku maju ke depan dan penisku menembus masuk vagina yang masih
sangat rapat namun basah itu. Sebuah teriakan nyaring bergema di kamar,”
Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??” Adikku terbangun
dan menjerit melihatku berada di atas tubuhnya dan menindihnya. Muka
adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa sakit yang luar biasa.
Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan
rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga
kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya itu
tidak berhasil. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir
kalau aku akan berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah
selangkangan. Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah
keperawanan.
Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum
pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di
dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina
adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun
segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis
dan menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana
ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak
tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku segera menggunakan celana
dalam adikku untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya
suara Ughh..Ahhh.
Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya
menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar
vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata
merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku semakin cepat menggerakan
pinggulku karena aku merasa akan segera mencapai klimaksnya. Sesekali
tanganku menampar pantat adikku agar dia menggoyangkan pinggulnya sambil
berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah dilema muncul di pikiranku.
Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? Aku tahu kalau
aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil? Ahh…
biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan pil
KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan
hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan
darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat
tidur.
Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit.
Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang
di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka
sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan
kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku
hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih
tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya
menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis
tersedu-sedu.
Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang
harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku
sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu.
Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di
kamera. Sebuah ide jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya
dan segera memfoto tubuh telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku
dan bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, masih belum
cukupkah perbuatan setanmu malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak
berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih
sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya
dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya dan
berkata: “Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website sekolahmu,
kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus
menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang.”
Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya.
Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan
ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu,
kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel ini.
Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya dan
menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak.
Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari
lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan,
tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari
lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.
Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian
orang tuaku, aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada.
Pada hari keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku
biarpun dia masih kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita
bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan
memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut
mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama
seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral
seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan
menyuruhnya untuk menelannya.
Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku memerintahkan adikku
untuk bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika ibuku memeluk adikku,
aku melihat wajah adikku yang seperti ingin melaporkan peristiwa yang
terjadi selama seminggu ini. Aku pun bertindak cepat dan berkata pada
ibuku: “Ibu, gimana perjalanan ibu? Tunjukan dong FOTOnya kepada kami
berdua.” Ibuku tersenyum mendengar ini dan tidak mencurigai apa pun.
Tapi adikku menjadi sedikit pucat dan tahu makna dari perkataanku. Dia
pun tidak jadi berkata apa-apa.
Sejak itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu
saja kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia
lulus SMA, kami masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati
permainan kami. Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika
dia lulus SMA, aku yang sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid
dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku
kuliah di Jakarta. Tentu saja aku beralasan bahwa aku akan menjaganya
agar adikku tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan
adikku juga pasrah. Sekarang kami berdua tinggal di Jakarta dan
menikmati kebebasan kami. Hal yang berbeda hanyalah aku bisa melihat
bahwa adikku telah berubah menjadi gadis yang lebih binal.
Home » cerita dewasa » Paksa Ngentot Adiku Yang Nakal
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.